Rabu, 27 Agustus 2008

Influence of Rate of Albumin Serum to The Duration of Surgery Wound

Authors : Agung Maryanto, MD, FInaCS, Hendro Wartatmo, MD, FInaCS

Abstract :

Background : Step of wound healing need protein as basis for the happening of collagen network. Although many other of elements also influence of wound healing, but protein more important in step of wound healing. Research concerning hipoalbuminemia with wound healing have been conducted by Dickaut and kith in the year 1984.
Target of Research : To know correlation between level of albumin serum with the duration of surgery wound healing.

Materials and Methods: All patient with clean operation and clean contaminated operation in RSUP Dr. Sardjito, amount of expected sample 61 people. All of gathered data then divided into 2 group that are; with the level of albumin serum <>3gr/dl. Patient followed post operatively for developing of wound healing by clinical assessment seven days after the operation. Data would be analysed by cross tab analysis (Chi Square).

Result : From the gathered data we colected 61 patients. 30 patients was a man and 31 patients was a woman. Level of albumin serum was between 2.6 g/dl to 4,80 gr/dl with the mean was 3,33 gr/dl. Data was analysed by cross tab analysis (chi square) and we got correlation significant statistically between level of albumin serum with the duration of wound healing p = 0,001 (p<0,05)>

Keyword : Step of wound healing, rate of albumin serum, clean operation, clean contaminated operation.

ANALISIS PERAN RUMAH SAKIT TNI AU SEBAGAI PENDUKUNG OPERASI UDARA PADA MASA MENDATANG

1. TNI Angkatan Udara sebagai bagian integral dari Tentara Nasional Indonesia, mempunyai tugas pokok sebagai penegak kedaulatan negara di udara[1]. Sebagai kekuatan inti TNI Angkatan Udara selalu menyelenggarakan pembinaan kesiapan operasional dan mewujudkan kesiapsiagaan operasional matra udara serta melaksanakan operasi udara[2]. Operasi udara yang dilaksanakan oleh TNI AU tersebut merupakan kegiatan operasi militer yang menggunakan kekuatan dan kemampuan sistem senjata udara yang dari waktu ke waktu mengalami kemajuan kearah sistem senjata canggih dan modern. Pelaksanaan operasi udara selain memerlukan kesiapan alutsista yang modern juga kesiapan awak pesawat secara mental dan fisik, sehingga akan diperoleh kemampuan yang optimal. Kesiapan awak pesawat yang prima akan dengan mudah mengawaki dengan baik alutsista modern yang berbobot teknologi tinggi, dengan demikian secanggih apapun alutsista yang digunakan apabila personel yang mengawakinya tidak mempunyai kesehatan baik fisik maupun mental yang baik, tidak akan ada artinya. Untuk itu diperlukan fasilitas dukungan kesehatan yang memadai dari Rumah Sakit TNI AU, sehingga kesiapan personel yang mengawaki alutsista akan senantiasa terjamin.

2. Awak pesawat harus memiliki tingkat kesehatan yang prima (status kesehatan /Stakes I), maka diperlukan pembinaan kesehatan terhadap awak pesawat TNI AU. Pembinaan kesehatan adalah merupakan kegiatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terus-menerus, teratur, berkesinambungan dan berlanjut[3]. Pembinaan kesehatan ini merupakan bagian dari pembinaan personel TNI AU yang dilaksanakan oleh satuan kerja Rumah Sakit TNI AU. Kegiatan pembinaan kesehatan ini dapat terwujud apabila semua awak pesawat menyadari dan melaksanakan ketentuan yang ada dalam pembinaan kesehatan dengan baik melalui prosedur yang sudah ditetapkan, baik pembinaan di tingkat pusat (ILA/MEDEX), maupun pembinaan di satuan kerja masing-masing yaitu oleh dokter Skadron maupun Rumah Sakit di Lanud setempat. Pembinaan kesehatan bagi awak pesawat (air crew) dilaksanakan oleh dokter penerbangan di Flight Surgeon Office dan klinik awak pesawat (Flight Surgeon Clinic) Rumah Sakit Lanud setempat, dengan kegiatan yang meliputi pemeriksaan kesehatan sebelum dan setelah terbang, supervisi dan konsultasi, pengobatan, perencanaan pemeriksaan kesehatan berkala. Adapun pemeriksaan kesehatan medical examination (MEDEX) dilaksanakan berdasarkan waktu (berkala) maupun berdasar atas indikasi medis bila yang bersangkutan menderita suatu penyakit. Kegiatan tersebut dapat dilaksanakan di Rumah Sakit setempat, diharapkan Rumah Sakit TNI AU mempunyai fasilitas pemeriksaan kesehatan bagi awak pesawat yang modern, sehingga tidak ada kesalahan-kesalahan dalam penghitungan hasil pemeriksaan kesehatan tersebut, terutama mengenai hasil pemeriksaan laboratorium (patologi Klinik).

3. Pelaksanaan kegiatan dukungan kesehatan dan pelayanan kesehatan terhadap personel TNI AU dilaksanakan melalui promosi, preventif, kuratif dan rehabilitatif, dengan tujuan untuk kesiapan kesehatan yang prima baik kesehatan jasmani maupun rohani bagi personel air crew maupun non air crew. Kondisi tercapainya tingkat kesehatan yang optimal tentunya akan mengurangi resiko unsafe condition dilihat dari segi kesehatan bagi awak pesawat yang sedang menjalankan tugas operasionalnya. Disamping kegiatan tersebut, kegiatan dukungan kesehatan dan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit TNI AU adalah dengan pembentukan crash team yang bekerjasama dengan satuan kerja lain di lingkungan Lanud setempat, seperti pemadam kebakaran. Tujuan dibentuknya crash team adalah untuk meminimalkan korban jiwa dan kemungkinan terjadinya kecacatan terhadap personel TNI AU khususnya awak pesawat. Setiap Rumah Sakit ataupun seksi kesehatan dilingkungan Lanud diharapkan mempunyai crash team. Hal ini disebabkan karena Lanud merupakan tempat yang digunakan untuk operasional penerbangan, sehingga kemungkinan sewaktu-waktu dapat terjadi kecelakaan pesawat terbang. Pengawakan crash team dipimpin oleh seorang dokter penerbangan yang telah mempunyai sertifikasi ATLS (Advanced Trauma Life Support), dan dibantu oleh tenaga medis dan paramedis yang lain. Peralatan medis yang ideal untuk crash team meliputi peralatan pendukung dasar kehidupan seperti monitoring tanda vital, defibrilator, oksigen, peralatan bedah minor, serta sarana prasarana lain yang diperlukan seperti ambulance.
[1] Tentara Nasional Indonesia Markas Besar Angkatan Udara. Doktrin TNI Angkatan Udara Swa Bhuana Paksa. Mabes Angkatan Udara, Jakarta, 2007
[2] Tentara Nasional Indonesia Markas Besar Angkatan Udara. Buku Petunjuk Induk TNI AU Tentang Operasi Udara. Mabes Angkatan Udara, Jakarta, 2004, hal. 3
[3] Tentara Nasional Indonesia Markas Besar Angkatan Udara. Buku Petunjuk Teknis TNI AU Tentang Uji Dan Pemeriksaan Kesehatan, Mabes Angkatan Udara, Jakarta, 2007, hal. 1

MENGENAL TUMOR PAYUDARA


Setiap perubahan yang terjadi pada payudara wanita harus dipikirkan sesuatu yang mendasari terjadinya malignancy (keganasan), sampai terbukti tidak dari pemeriksaan baik klinis, imaging maupun laboratorium. Memang dalam kenyataannya sebagian besar perubahan itu bukan merupakan perubahan kearah kanker (tumor ganas). Hal ini jadi karena perubahan level hormonal, yang normal terjadi pada setiap wanita seiring dengan bertambahnya usia. Wanita yang belum pernah melahirkan dan menyusui mempunyai kelenjar payudara lebih kecil walaupun jumlahnya mungkin lebih banyak, lebih padat dan tidak berlemak, dibandingkan wanita yang pernah melahirkan dan menyusui, apalagi yang telah menapouse. Meskipun begitu, bisa juga perubahan yang terjadi pada payudara itu merupakan tanda-tanda dari tumor jinak atau ganas (kanker). Perubahan pada payudara yang bukan merupakan keganasan disebut benign ( tumor jinak ). Nyeri yang sering terjadi secara berulang pada payudara pada tempat yang sama menurut penelitian juga merupakan awal dari terjadinya malignansi dalam dunia medis sering disebut sebagai Mastodenia. Benjolan jinak pada payudara yang sering terjadi pada wanita usia muda adalah Fibro Adenoma Mama (FAM). Pengobatan pada FAM secara tuntas adalah melalui operasi yang disebut Lumpectomi (pengambilan benjolan jinak tersebut).

Selasa, 26 Agustus 2008

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT TUMOR PADA WANITA


Dengan kemajuan teknologi dibidang kesehatan diharapkan para ibu yang telah memasuki usia kanker (cancer age) yaitu diatas 35 tahun, supaya sering melakukan pemeriksaan diri seperti pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), pemeriksaan Paps Smear secara berkala, dan pemeriksaan petanda tumor apabila didalam keturunannya ada yang menderita penyakit tumor ganas (kanker). Penyakit tidak untuk ditakuti, tetapi untuk dikenal dan dipahami, supaya dalam pengobatan tidak terlambat, semua penyakit itu ada obatnya kecuali penyakit tua.

TRIK MERAWAT MOBIL

Perawatan mobil yang kita lakukan setiap hari membutuhkan penanganan yang benar dalam kegiatan perawatannya. Adapun kiat-kiat yang wajib kita perhatikan adalah sebagai berikut :
1. Parkirlah mobil selalu dalam keadaan tidak terkena sinar matahari langsung. Hal ini untuk menghindari berkembangnya jamur pada permukaan bodi maupun pada permukaan kaca.

2. Keringkan mobil dengan sempurna setiap habis dicuci, atau tersiram air hujan menggunakan lap spons yang halus (canebo). Hal ini untuk menghindari terjadinya pertumbuhan jamur, atau plak yang menempel di bodi maupun kaca mobil.

3. Bila mobil tidak digunakan untuk jangka waktu yang lama, maka setiap minggu harus di panasi dengan cara di hidupkan mesinnya. Hal ini selain untuk menaikkan oli di kruk as, mengencerkan oli, juga untuk membuang air yang tertimbun di knalpot.

4. Periksa angin ban setiap akan menggunakan mobil, hal ini untuk menjaga keawetan ban.

5. Cek permukaan air aki setiap 3 bulan sekali.

6. Lakukan perawatan (servis) berkala di bengkel yang telah ditunjuk oleh dealer mobil tersebut, pastikan bahwa buku servis berkala selalu sesuai dengan waktu servis yang telah ditentukan.